Seorang oma berumur sekitar 60 tahun masuk ke sebuah gereja, dibantu satu lelaki muda, mendorong kursi roda, dimana didudukannya suaminya, dan digandengnya anaknya yang berumur sekitar 30an. Anaknya berjalan sembari bertepuk tangan sendiri dan kadang berteriak secara tiba-tiba di tengah kebaktian. Cacat. Itu yang dialami dua orang terpenting dalam hidup oma ini, sang suami tercinta duduk di kursi roda dan sang anak yang harusnya bisa menjadi tumpuan dan tulang punggung keluarga malah menderita gangguan mental.
Oma ini maju ke deretan kursi paling depan, dan mendudukan sang suami dan si anak disampingnya. Setiap minggu selalu begitu. Duduk paling depan, mengikuti jalannya ibadah dan kotbah dari awal, hingga akhir. Tanpa absen.
Di tengah-tengah kebaktian, si anak ini kadang suka berteriak sendiri, bertepuk tangan sendiri, dan kadang mengagetkan seisi gereja.
Dan tak jarang banyak jemaat yang melihat keluarga kecil ini dengan pandangan iba.
Ini bukan cerita pendek, bukan karangan, bukan fiksi.
Ini nyata. Terjadi di gereja gwe. Setiap minggunya.
“Tuhan, i know YOU can do BIG things, then why don’t YOU heal them?”
Sering gwe bilang gini ke Tuhan..
“if You heal them, then the whole church will glorify Your name and believe in You, more and more, because they see the proof”
Lanjut gwe dalam hati sambil mandangin mereka iba.
Mereka datang bertahun-tahun.
Gak Cuma seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan..
Tapi udah hampir 2 tahun, atau bahkan lebih.
Bisa bayangin gak sih betapa capek hatinya si oma ini.
Betapa letihnya si oma ini menghadapi cobaan hidup dia.
Kenapa Tuhan?
Kenapa dibiarin mereka sakit kayak gini?
Kenapa gak disembuhin secara miracle?
Biar seluruh jemaat lihat keajaiban yang Tuhan tunjukkin buat mereka?
Pertanyaan ini jujur aja terus ada di pikiran gwe selama beberapa minggu..
Sampai kemarin, 26 September, pas gwe ke gereja dan melihat mereka, tiba-tiba gwe koq keinget satu hal.
PERSEVERANCE.
Ketekunan.
Ketekunan si oma untuk datang setiap minggunya ke gereja.
Ketekunan si oma untuk tetap membawa keluarga kecilnya ke gereja.
Ketekunan si oma untuk duduk di barisan terdepan.
Ketekunan si oma untuk tetap memuji dan menyembah Tuhan.
Ketekunan si oma untuk mengurus suaminya yang lumpuh dan anaknya yang cacat mental.
Ketekunan si oma untuk mengurus keluarganya.
Ketekunan si oma untuk tetap setia sama keluarganya.
Dan yang terpenting,
Ketekunan si oma untuk tetap mencari Tuhan.
Walaupun seakan gak ada gunanya.
Walaupun seakan gak kunjung ada mukjizat dan kesembuhan.
Walaupun mungkin si oma udah capek sama semuanya.
Perseverance. Ketekunan yang didasari dari iman si oma, Faith.
Kalau Tuhan yang oma ini puja dan sembah pasti gak akan tinggal diam.
Koq ketekunan si oma ini nyentil gwe yah somehow..
Jadi kepikiran, banyak hal kecil yang bikin gwe jadi kecewa sama Tuhan dan males ke gereja. Ya, it had happened in my life, gwe pernah ngalamin masa itu.
Masa-masa dimana kaki gwe sangat amat malas beranjak masuk ke gereja.
Masa-masa dimana mulut gwe sangat amat malas dibuka untuk memuji dan menyembah Dia.
Masa-masa dimana hati gwe gak lagi nyari Dia, Sang Penguasa.
Karena apa?
Karena patah hati, berantem sama orangtua, kecewa sama sahabat.
Hal sepele itu bikin gwe males banget buat datang ketemu Dia, hal sesepele itu.
Koq gwe kayak diingetin yah?
Si oma yang masalahnya sebegitu beratnya aja tetep rajin ke gereja, tetep muji nyembah Tuhan, tetep duduk di barisan paling depan. Gwe? Yang Cuma karena masalah sepele koq malah lari jauhin Tuhan?
Ternyata dibalik pemikiran gwe yang menduga sebelumnya kalo berkat, kasih karunia Tuhan Cuma nyata kalo keluarga si oma ini disembuhin, salah. Ada sesuatu yang bisa diambil dan dipetik dari kisah si oma ini. Perseverance. Ketekunan dalam mencari Tuhan, ketekunan dalam tetap beriman kalau apapun yang terjadi, semua masalah, semua ujian, semua cobaan yang menghadang, gwe akan tetap dateng ke Tuhan.
Keluarga kecil ini somehow udah jadi berkat buat orang lain, dan buat gwe.
Dan tanggal 26 kemarin, di akhir kebaktian, Maria Shandi nyanyiin satu lagu yang keren banget. Liriknya gini..
“gelaplah jalan dihidupmu, telah putus harapan? Dengan semua kekuatanmu, kau tak mampu mengubah sendiri Namun masih ada kuasa tak terbatas, yang masih sanggup mengubahkanmu masih ada Tuhan, masih ada kuasa tak terbatas, Dia pencipta semesta, Dia juga sanggup memulihkan hidupmu. Skarang. Masih ada Tuhan, masih ada jawaban”
Oma ini maju ke deretan kursi paling depan, dan mendudukan sang suami dan si anak disampingnya. Setiap minggu selalu begitu. Duduk paling depan, mengikuti jalannya ibadah dan kotbah dari awal, hingga akhir. Tanpa absen.
Di tengah-tengah kebaktian, si anak ini kadang suka berteriak sendiri, bertepuk tangan sendiri, dan kadang mengagetkan seisi gereja.
Dan tak jarang banyak jemaat yang melihat keluarga kecil ini dengan pandangan iba.
Ini bukan cerita pendek, bukan karangan, bukan fiksi.
Ini nyata. Terjadi di gereja gwe. Setiap minggunya.
“Tuhan, i know YOU can do BIG things, then why don’t YOU heal them?”
Sering gwe bilang gini ke Tuhan..
“if You heal them, then the whole church will glorify Your name and believe in You, more and more, because they see the proof”
Lanjut gwe dalam hati sambil mandangin mereka iba.
Mereka datang bertahun-tahun.
Gak Cuma seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan..
Tapi udah hampir 2 tahun, atau bahkan lebih.
Bisa bayangin gak sih betapa capek hatinya si oma ini.
Betapa letihnya si oma ini menghadapi cobaan hidup dia.
Kenapa Tuhan?
Kenapa dibiarin mereka sakit kayak gini?
Kenapa gak disembuhin secara miracle?
Biar seluruh jemaat lihat keajaiban yang Tuhan tunjukkin buat mereka?
Pertanyaan ini jujur aja terus ada di pikiran gwe selama beberapa minggu..
Sampai kemarin, 26 September, pas gwe ke gereja dan melihat mereka, tiba-tiba gwe koq keinget satu hal.
PERSEVERANCE.
Ketekunan.
Ketekunan si oma untuk datang setiap minggunya ke gereja.
Ketekunan si oma untuk tetap membawa keluarga kecilnya ke gereja.
Ketekunan si oma untuk duduk di barisan terdepan.
Ketekunan si oma untuk tetap memuji dan menyembah Tuhan.
Ketekunan si oma untuk mengurus suaminya yang lumpuh dan anaknya yang cacat mental.
Ketekunan si oma untuk mengurus keluarganya.
Ketekunan si oma untuk tetap setia sama keluarganya.
Dan yang terpenting,
Ketekunan si oma untuk tetap mencari Tuhan.
Walaupun seakan gak ada gunanya.
Walaupun seakan gak kunjung ada mukjizat dan kesembuhan.
Walaupun mungkin si oma udah capek sama semuanya.
Perseverance. Ketekunan yang didasari dari iman si oma, Faith.
Kalau Tuhan yang oma ini puja dan sembah pasti gak akan tinggal diam.
Koq ketekunan si oma ini nyentil gwe yah somehow..
Jadi kepikiran, banyak hal kecil yang bikin gwe jadi kecewa sama Tuhan dan males ke gereja. Ya, it had happened in my life, gwe pernah ngalamin masa itu.
Masa-masa dimana kaki gwe sangat amat malas beranjak masuk ke gereja.
Masa-masa dimana mulut gwe sangat amat malas dibuka untuk memuji dan menyembah Dia.
Masa-masa dimana hati gwe gak lagi nyari Dia, Sang Penguasa.
Karena apa?
Karena patah hati, berantem sama orangtua, kecewa sama sahabat.
Hal sepele itu bikin gwe males banget buat datang ketemu Dia, hal sesepele itu.
Koq gwe kayak diingetin yah?
Si oma yang masalahnya sebegitu beratnya aja tetep rajin ke gereja, tetep muji nyembah Tuhan, tetep duduk di barisan paling depan. Gwe? Yang Cuma karena masalah sepele koq malah lari jauhin Tuhan?
Ternyata dibalik pemikiran gwe yang menduga sebelumnya kalo berkat, kasih karunia Tuhan Cuma nyata kalo keluarga si oma ini disembuhin, salah. Ada sesuatu yang bisa diambil dan dipetik dari kisah si oma ini. Perseverance. Ketekunan dalam mencari Tuhan, ketekunan dalam tetap beriman kalau apapun yang terjadi, semua masalah, semua ujian, semua cobaan yang menghadang, gwe akan tetap dateng ke Tuhan.
Keluarga kecil ini somehow udah jadi berkat buat orang lain, dan buat gwe.
Dan tanggal 26 kemarin, di akhir kebaktian, Maria Shandi nyanyiin satu lagu yang keren banget. Liriknya gini..
“gelaplah jalan dihidupmu, telah putus harapan? Dengan semua kekuatanmu, kau tak mampu mengubah sendiri Namun masih ada kuasa tak terbatas, yang masih sanggup mengubahkanmu masih ada Tuhan, masih ada kuasa tak terbatas, Dia pencipta semesta, Dia juga sanggup memulihkan hidupmu. Skarang. Masih ada Tuhan, masih ada jawaban”
0 comments:
Post a Comment